Minggu, 03 September 2017

Rekonstruksi pendidikan idul adha

Rekonstruksi Pendidikan Idul Adha
Oleh 
Apep Munajat
(Penulis Adalah Pengurus Pergunu Kabupaten Cianjur, Mahasiswa Program Doktor UNINUS dan Tenaga pengajar Pada MTs Negeri 2 Cianjur)
 
<script data-ad-client="ca-pub-5472439132536087" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>

Salah satu ayat yang menerangkan tentang kurban adalah Quran Surat Al-Kautsar: 1-3, yang artinya Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus. Kurban merupakan risalah Nabi Ibrahim yang disyiarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Berawal dari kehidupan Ibrahim yang lama tak dikaruniai seorang anak. Lalu Ibrahim berdoa kepada Allah SWT, Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS Ash-Shaffat: 100). Tak lama kemudian Siti Hajar istri kedua Nabi Ibrahim pun mengandung dan lahirlah  Ismail yang kelak dia menjadi nabi Allah. Ismail adalah anak yang cerdas, sabar serta sangat disayangi. Kelahirannya sangat diharapkan karena Ibrahim lama tidak dikarunai anak. Dalam masa pertumbuhan, Ismail kecil ini selalu dijaga dan dibimbing dengan penuh kasih sayang oleh Siti Hajar, Ibunda Ismail. Ketika usia Ismail kurang lebih 9 tahun Nabi Ibrahim menerima perintah dari Allah SWT melalui mimpinya yang haq untuk menyembelih Ismail dengan tangannya sendiri. Dari mimpi itu kemudian Ibrahim mengutarakan perihal mimpinya kepada Ismail seperti yang dikatakan Ibrahim kepada anaknya dalam Q.S Ash-Shâffât:102 yang artinya: Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?…”. Kemudian Ismail pun menjawab penuh dengan ketabahan dan keikhlasan, ‘Hai bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah! Kamu mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS. Ash-Shâffât: 102).
Ketika Ibrahim akan melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih Ismail, godaan setan pun   datang dengan berbagai cara supaya Ibrahim membatalkan niat itu. Namun, atas kekuatan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT setan pun gagal menggoda Ibrahim. Begitu pula setan gagal menggoda Siti Hajar maupun Ismail. Ibrahim segera melaksanakan perintah Allah dan segera menyembelih Ismail. Namun Allah berkehendak lain pedang yang sangat tajam itu ternyata tidak mampu melukai Ismail sedikitpun. Setiap kali pedang itu digoreskan pada leher Ismail maka pedang itupun terpental. Ibrahim belum merasa puas, pedang itu dicoba dihujamkan pada sebuah batu, ternyata batu itu terpecah menjadi dua. Ibrahim pun merasa heran kenapa tidak mampu menghunus leher Ismail padahal pedang sangat tajam. 
Allah telah menguji hambanya yang soleh dan bertaqwa. Menguji ketaatan seorang hamba dan telah dibuktikan dengan pebuatannya. Maka Allah pun berfirman dalam Q.S. Ash-Shâffât: 106 yang artinya  “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (bagimu). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” Akhirnya Allah pun mengganti sembelihannya dengan domba kibas sebagai kurban. Maka sejak inilah ritual kurban sebagai bukti ketaatan seorang hamba dilakukan setiap tahun di bulan Dzulhijjah.  
Menilik sejarah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang sangat herois dan penuh dengan nilai pendidikan bagi umat manusia di muka bumi ini, tentunya bukan sekedar bagaimana menempatkan diri kita sebagai hamba Allah yang tiada daya dan upaya dan memiliki kewajiban untuk taat atas semua perintah dan menjauhi setiap larangan-Nya. Namun di sisi lain nilai pelajaran yang rasional adalah bahwa kita harus mampu menunjukkan ketundukkan kita atas semua perintah Allah, baik yang menyenangkan, membahagiakan, dan menggembirakan. Begitu pula jalan yang  menyedihkan, atau yang tidak menyenangkan bagi kita. Setiap jalan Allah yang menyakitkan sekalipun maka tentu Allah memiliki rencana lain yang jauh akan lebih baik dari itu. Hal ini karena setiap jalan yang tidak menyenagkan belum tentu buruk menurut pandangan Allah. Begitu pula setiap jalan yang menyenangkan hati kita belum tentu juga baik menurut pandangan Allah. Artinya, dari setiap jalan yang kita lalui selama berada pada rel dan koridor ridho Allah SWT maka tentunya wajib kita sikapi dengan ketabahan, keikhlasan, dan kesabaran. 
Jika kita kaji dari sisi pemikiran mendalam, ketika Nabi Ibrahim di diperintahkan Allah  untuk  menyembelih Ismail, menurut logika manusia tentu tidak rasional, kenapa Allah memerintahkan seorang Bapak untuk menyembelih seorang anak cerdas, sabar dan sangat disayangi itu? Ternyata di balik semua rahasia Allah itu terkandung nilai pelajaran yang sangat berharga. Perintah Allah itu sebagai ujian  bagi seorang hamba yang soleh untuk mengukur seberapa tinggi ketaatan dan keimanannya. Terbukti semua perintah Allah  telah Ibrahim tunaikan dengan ikhlas. Ibrahim telah lolos dari ujian yang sangat berat, sehingga balasan yang setimpal untuk semua ketatannya adalah surganya Allah. 
Hal yang serupa juga telah Allah tunjukan kepada hamba-Nya yang soleh yaitu ibunda Musa. Ketika Musa bayi, di masa itu Firaun memerintahkan untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir. Maka Allah memerintahkan kepada Ibunda Musa untuk menghanyutkannya ke sungai Nill. Walaupun Ibunda Musa sangat berat karena dihantui berbagai rasa takut dan kasihan kepada Musa, Ibunda Musa tetap melaksanakan perintah Allah itu dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Allah memang Maha Tahu setiap apa yang tidak diketahui manusia. Setelah ibunda Musa melaksanakan perintah itu ternyata Allah pertemukan dengan anaknya di Istana Firaun sampai Musa dewasa. Dari sebuah ketaatan seorang hamba yang soleh walaupun menyakitkan  akhirnya melahirkan sebuah kebahagiaan. 
Dewasa ini qurban sebagai ritual  penyembelihan hewan baik kambing, domba, sapi, onta dan lainnya yang dilaksanakan setiap tanggal 10 sampai dengan 13 Dzulhijjah merupakan bagian dari ibadah umat Islam yang harus kita tunaikan agar kita mendapat ridho dari Allah SWT sehingga  dari qurban tersebut  dapat memenuhi nilai-nilai luhur yang bersinergi dengan makna hidup kita. Nilai pendidikan dari ibadah qurban  tersebut di antaranya adalah menguji kualitas keimanan manusia, sebagai bukti  ketaatan makhluk terhadap khaliq, pendekatan diri kepada Allah SWT, saling berbagi antar sesama, meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama, meningkatkan kesadaran  akan pentingnya kebersamaan, sebagai uswah hasanah, dan meningkatkan ketundukan kita kepada Allah SWT

Rekonstruksi pendidikan idul adha

Rekonstruksi Pendidikan Idul Adha Oleh  Apep Munajat (Penulis Adalah Pengurus Pergunu Kabupaten Cianjur, Mahasiswa Program Doktor UN...