Sabtu, 12 November 2016

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJEK BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MUTU PROSES DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI TINGKAT MADRASAH TSANAWIYAH/SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJEK BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MUTU PROSES DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI TINGKAT MADRASAH TSANAWIYAH/SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

ABSTRAK
Apep Munajat
Guru Bahasa Indonesia di bawah
Kementerian Agama Kabupaten Cianjur
apepmunajat@gmail.com

Telah banyak inovasi yang dilakukan pemerintah demi peningkatan mutu pendidikan nasional. Inovasi itu semua bermuara kepada guru. Gurulah menjadi penopang keberhasilan mutu pendidikan. Realita di lapangan menunjukkan kurang berkualitasnya guru, sehingga menyebabkan pengaruh terhadap rendahnya kualitas lulusan peserta didik. Salah satu faktor rendahnya mutu guru adalah dalam hal pengelolaan kelas misalnya tidak dikuasainya model pembelajaran sehingga proses pembelajaran di kelas tidak terarah. Salah satu model pembelajaran yang relevan dengan pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 adalah model Projek Based Learning (PJBL). Rumusan masalah pada makalah ini adalah “Bagaimana implementasi model pembelajaran Projek Bbased Learning (PJBL) pada pembelajaran bahasa Indonesia? Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan implementasi model pembelajaran Projek Bbased Learning (PJBL) pada pembelajaran bahasa Indonesia. Permasalahan yang timbul dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah seberapa jauh kemampuan guru mengimplementasikan model-model pembelajaran termasuk model pembelajaran PJBL. Di dalam pembelajaran PJBL dapat digunakan dengan empat langkah penting yang harus teraktualisasi dalam persiapan pembelajaran. Langkah-langkah tersebut adalah penentuan pertanyaan, menyusun perencanaan proyek, menyusun jadwal, monitoring, menguji hasil, dan evaluasi pengalaman.
Penggunaan model pembelajaran berbasis proyek mampu menambah pengalaman belajar peserta didik karena mereka dibawa ke alam kongkret sebagai pengejewantahan dari materi pembelajaran. Peserta lebih mudah memahami dan proses serta materi pembelajaran mudah diingat dan akan melekat lebih lama dalam memori peserta didik.

Kata kunci : Model Pembelajaran Projek Based Learning (PJBL), mutu proses dan hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia

IMPLEMENTATION PROJECT BASED LEARNING MODEL TO IMPROVE QUALITY LEARNING PROCESS AND RESULTS OF LEARNING STUDENTS IN SUBJECT AT THE INDONESIAN MTs / JUNIOR HIGH SCHOOL

ABSTRACT

Apep Munajat
Indonesian teachers under
Ministry of Religious Affairs Cianjur Regency
apepmunajat@gmail.com

Has many innovations made by the government for the sake of improving the quality of national education. Innovation it all comes down to the teacher. Master is the backbone of the success of the quality of education. Reality on the ground shows less berkualitasnya teachers, thus causing the effect of the poor quality of graduate students. One factor is the low quality of teachers in classroom management such as not mastered the learning model so that the learning process in the classroom are not directional. One model of learning that is relevant to the scientific approach to the curriculum in 2013 is a model of Project Based Learning (PJBL). Formulation of the problem in this paper is "How is the implementation of learning Project Based Learning model (PJBL) in the Indonesian language learning? The goal in this paper is to identify and describe the implementation of learning Project Based Learning model (PJBL) on learning Indonesian. The problems that arise in learning Indonesian is how far the ability of teachers to implement learning models including PJBL learning model. In the PJBL learning can be used with four important steps that must be actualized in preparation of learning. Such steps are the determination of the question, project planning, scheduling, monitoring, test results, and evaluation experience.
The use of project-based learning model is able to add to the learning experience of students as they were brought into the concrete nature as a manifestation of learning materials. Participants are easier to understand and process as well as learning materials easily remembered and will stick around longer in the memory of learners.

Keywords: Learning Model Project Based Learning (PJBL) the quality of teaching and learning outcomes in subjects Indonesian. 
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan bangsa. Semua orang sepakat bahwa dengan pendidikanlah suatu bangsa menjadi maju dan memperoleh martabat dan harga diri yang besar. Pendidikan pun tentu akan berpengaruh terhadap tarap hidup masyarakatnya.
Telah banyak inovasi yang dilakukan pemerintah demi peningkatan mutu pendidikan nasional. Inovasi itu semua bermuara kepada guru. Gurulah yang menjadi penopang keberhasilan mutu pendidikan. Guru menjadi garda paling depan dalam memperjuangkan dan mempertanggungjawabkan mutu pendidikan bangsa.
Guru yang bermutulah yang menjadi jawabannya. Guru bermutu adalah guru yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya. Usman (1995:3) mengatakan bahwa guru harus dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaharuan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman.
Realita di lapangan menunjukkan masih rendahnya kualitas guru, sehingga berpengaruh terhadap rendahnya kualitas lulusan peserta didik. Peserta didik yang kita bina tidak berkembang baik kemampuan, minat, bakat, dan potensinya yang dimiliki anak itu. Dengan demikian tugas guru semakin berat karena mutu pendidikan secara nasional yang menjadi pertaruhannya.
Salah satu faktor rendahnya mutu guru adalah dalam hal pengelolaan kelas misalnya tidak dikuasainya model pembelajaran sehingga proses pembelajaran di kelas tidak terarah. Kegiatan siswa di kelas ketika pembelajaran berlangsung hampir 90% menyimak cermah guru. Hal ini mengakibatkan siswa jenuh karena kegiatan pembelajaran monoton. Guru tidak mampu membuat aktivitas belajar yang membuat siswa senang, bergairah, semangat, aktif, inovatif, dan kreatif.
Salah satu model pembelajaran yang relevan dengan pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 adalah model Projek Based Learning (PJBL). Model ini masih jarang digunakan guru, padahal melalui model PJBL guru akan mampu menciptakan pengalaman belajar siswa. Aktivitas belajar akan lebih interaktif dan atraktif sehingga siswa tidak akan mengalami kejenuhan karena kegiatan belajar tidak hanya di kelas tetapi juga mencakup luar ruangan kelas, bahkan lingkungan masyarakat di luar sekolah/madrasah peserta didik. Selain itu, siswa terlibat secara langsung atau tidak langsung baik dengan lingkungan alam maupun lingkungan masyarakat.
PJBL dapat diterapkan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, namun di lapangan model PJBL sering dilewatkan para guru. Faktor penyebabya beberapa macam di antaranya guru enggan menggunakan model PJBL karena aktivitas belajar menguras tenaga dan pikiran. Bahkan dalam pelaksanaannya model ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Guru kurang menguasai teknik-teknik aplikasi model pembelajara Projek Based Learning. Dan mungkin guru merasa cukup dengan metode-metode yang selama ini sedang dijalankannya.
b. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah “Bagaimana implementasi model pembelajaran Projek Bbased Learning (PJBL) pada pembelajaran bahasa Indonesia?
c. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan implementasi model pembelajaran Projek Bbased Learning (PJBL) pada pembelajaran bahasa Indonesia.
d. Metode
Metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif. Alasannya adalah makalah ini digunakan untuk mendeskripsikan implementasi pembelajaran dengan menggunakan model Projek Based Manajemen (PJBL)
II. Pembahasan
a. Hakikat Belajar
Belajar adalah modifikasi, suatu proses memperteguh, menyempurnakan tingkah laku melalui pengalaman. Di dalam rumusan ini mengandung makna bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan hasil atau tujuan.
Pengertian yang lebih luas, belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, penilaian terhadap sikap nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi, atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan dan pengalaman yang terorganisir. Proses di sini adalah interaksi antara individu dengan suatu sikap, nilai, kebiasaan, pengetahuan dan keterampilan yang menghasilkan perubahan tingkah laku.
Makmun (2004:157) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Dari pendapat Makmun ini memiliki kesamaan dengan pendapat-pendpat di atas. Di antara pendapat-pendpat di atas dapat ditarik benang merah bahwa belajar itu adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku peserta didik yang asalnya buruk berubah menjadi baik.
Belajar menurut konsepsi modern diartikan lebih lengkap lagi yakni proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengamatan, pengenalan, pengertian, pengetahuan, perbuatan, keterampilan, perasaan, minat, penghargaan, dan sikap. Jadi, belajar tidak hanya berkaitan dengan bidang intelektual saja, tetapi mengenai seluruh aspek kepribadian.
Belajar selalu menunjukkan suatu proses perubahan tingkah laku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Belajar menurut konsepsi ini menuntut terpenuhinya tiga persyaratan.
1) Adanya bahan pelajaran yang akan dipelajari
2) Adanya kegiatan yang terarah kepada pencapaian tujuan belajar yang diinginkan.
3) Adanya kondisi yang optimal yang direncanakan untuk proses belajar.
Makmun mengemukakan bahwa dalam belajar terdapat perubahan yang bersifat fungsional, material, dan behavioral. Perubahan fungsional adalah perubahan yang dijiwai oleh teori daya yang berpaham nativisme. Menurut teori ini belajar itu adalah jiwa manusia terdiri atas sejumlah fungsi-fungsi yang memiliki daya atau kemampuan tertentu (2004:159).
Kecenderungan yang terjadi bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah, belajar akan lebih bermakna apabila anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
b. Hakikat Bahasa
Bahasa merupakan anugrah Tuhan yang tiada tara berharganya. Maka dengan itu bahasa tumbuh sejak manusia itu ada. Bahasa mendampingi terus kehidupan manusia dan berkembang mengiringi majunya zaman. Dengan kata lain seiring dengan perkembangan manusia bahasa pun tumbuh dan bekembang dengan dinamis. Seiring dengan ini Hidayat (2006:21) berpendapat bahwa sejak zaman dahulu, bahkan mungkin semenjak zaman manusia diciptakan, bahasa merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh kehidupan umat manusia.
Gorys Kerap (2004:1) mengemukakan pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Harimurti dalam Hidayat (2006:22) mengemukakan pengertian bahasa sebagai sistem lambang arbitrer yang dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Bloch and Trager dalam Hidayat (2006: 22) mendefinisikan bahasa sebagai suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi.
Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik benang merah bahwa bahasa merupakan lambang atau simbol. Menurut Bloch dan Trager (dalam Hidayat: 76) fungsinya sebagai alat komunikasi antar kelompok masyarakat. Ini menandakan bahwa bahasa dapat mempererat hubungan sosial melalui kegiatan komunikasi. Hubungan yang terjalin berdasarkan sistem sosial, sistem interaksi, dan sistem budaya kelompok masyarakat.


c. Hakikat Belajar Bahasa
Secara garis besar tujuan utama pengajaran bahasa Indonesia adalah agar anak-anak dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Hai ini berati agar siswa mampu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan baik menggunakan media bahasa Indonesia (Samsuri, 1980)
Pengajaran bahasa Indonesia diupayakan mungkin menguasai keterampilan berbahasa Indonesia, seperti:
1. Menulis laporan ilmiah atau laporan perjalanan
2. Membuat surat lamaran pekerjaan
3. Berbicara di depan umum atau berdiskusi
4. Berpikir kritis dan kreatif dalam membaca
5. Membuat karangan-karangan bebasuntuk majalah, koran, surat-surat pembaca, brosur-brosur, dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan praktis itulah yang menjadi tujuan diberikannya keterampilan berbahasa kepada siswa. Siswa mampu dan bisa melakukan hal-hal yang tertera di atas.
Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, khususnya standar kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia SMP/MTs secara eksplisit dinyatakan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, soaial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional,nasional, dan global.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia diharapkan
1. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri.
2. Guru dapat memusatkan perhatian kepada Pengembangan kompetensi bahasa peserta didik. Dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar
3. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menemukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya
4. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah.
5. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia
6. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
Tujuan Mata pelajaran Bahasa Indonesia
Tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia adalah agar peserta didik
1. Berkomunikasi secara aktif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektualserta kematangan emosional dan sosial
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastrauntuk memperluas wawasan, dan memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Menghargai dan membanggakan bahasa dan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Sedangkan ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakupi komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek:
1) Mendengarkan
2) Berbicara
3) Membaca, dan
4) Menulis
d. Model pembelajaran Projek Based Learning (PJBL) pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kita mengenal banyak model pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas dimulai dari model pembelajaran yang klasik sampai dengan model pembelajaran yang modern. Dari sekian banyak model pembelajaran ini beberapa model perlu dikuasai guru dalam rangka menciptakan proses pembelajaran yang dinamis dan menyenangkan bagi peserta didik.
Kurikulum 2013 mengisyaratkan bahwa pembelajaran di kelas harus menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik mengharuskan guru menyusun strategi atas lima kegiatan. Di antara limat kegiatan itu adalah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosi, dan mengkomunikasikan. Kelima langka tersebut harus secara integratif terlaksana dalam kegiatan pembelajaran.
Dari pendekatan saintifik terdapat model pembelajaran yang relevan di antaranya Pembelajaran Berbasis Proyek (Projek Based Learning), pembelajaran Berbasis Produk (Produck Based learning), dan Pembelajaran Berbasis Porofolio. Ketiga model pembelajaran tersebut dapat diterapkan sesuai dengan karakter materi pembelajaran masing-masing.
Model Pembelajaran Projek based learning (PJBL) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
Jika kita amati proses pembelajaran di kelas, guru biasa menyampaikan materi pembelajaran secara abstrak. Peserta didik tidak di bawa ke arah yang kongkrit atau ke arah dunia nyata sehingga anak hanya hapal bukan paham. Dampak dari pelaksanaan pembelajaran tersebut anak tidak mampu menghubungkan antara materi pembelajaran yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan yang telah diperoleh itu diterapkan dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Konsep-konsep yang telah dipelajari hanya diingat sebentar. Karena memang peserta didik hanya menghapal kemudian hilanglah semua konsep-konsep itu dalam beberapa saat yang tidak lama. Hal ini mengakibatkan pembelajaran yang berlangsung tidak berdampak apa-apa dalam kehidupannya.
Melalui model pembelajaran PJBL diharapkan mampu meminimalisasi semua permasalahan di atas. Siswa tidak hanya menghapal tetapi juga paham, mengingat lebih lama, dan mampu mengaplikasikan materi yang telah dipelajarinya dalam konteks kehidupan sehari-hari. Atau setidaknya siswa mampu melakukan tindakan untuk menyusun dan mempraktikan semua materi pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini karena PJBL dirancang agar mampu menyelesaikan permasalahan yang kompleks dengan melakukan investigasi lapangan dan memahaminya.
Model pembelajaran Projek based Learning (PJBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan dalam pembelajaran peserta didik. Dalam hal ini peserta didik di arahkan melakukan kegiatan lapangan untuk mengeksplorasi, mengobservasi, mengamati, menginterpretasi, dan menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang materi pembelajaran.
Dalam model PJBL peserta didik di bawa dalam aktivitas yang nyata untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuannya sehingga menghasilkan pengalaman belajar yang berguna dan bermanfaat.
Dalam PJBL pembelajaran di mulai dari proses menemukan (inquiri) dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question). Kemudian dibimbing dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan materi pelajaran dengan kegiatan-kegiatan nyata di lapangan.
Apa saja keuntungan pembelajaran dengan menggunakan Projek based Learning itu?
1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
4) Meningkatkan kolaborasi.
5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
6) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
7) Memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik secara nyata dan langsung pada konteks kehidupan sehari-hari.
8) Kegiatan pembelajaran anak menjadi atraktif, hidup, dan aktif.
9) Terciptanya proses pembelajaran yang menyenangkan
Langkah – langkah Operasional pembelajaran PJBL
Langkah pembelajaran pertama yaitu penentuan pertanyaan. Pada laangkah ini guru memberikan rangsangan berupa pertanyaan-pertanyaan esensial yang mengarah ke aktiviatas dalam mengerjakan tugas proyek. Pertanyaan ini menjadi tolok ukur dalam melakukan kegiatan dalam rangka melaksanakan proyek. Di samping itu guru harus memilih topik yang sesuai dengan karakter model pembelajaran PJBL dan topik itu di angkat sesuai pula dengan kondisi, kebutuhan dan karakteristiki peserta didik.
Langkah pembelajaran kedua adalah menyusun perencanaan proyek. Langkah ini dilakukan antara peserta didik dengan guru secara kolaboratif. Guru bersifat membantu terhadap perencanaan yang dibuat peserta didik. Perencanaan proyek harus menjadi bagian dari penilaian guru sehingga guru tau bagaimana mereka melakukan tugas nanti di lapangan. Perencanaan proyek berisi langkah-langkah melakukan tugas lapangan dalam rangka menjawab pertanyaan esensial tadi dan menentukan alat-alat dan bahan yang diperlukan dalam penyelesaian proyek.
Langkah ketiga adalah menyusun jadwal. Langkah ini dilakukan setelah perencanaan selesai di susun. Perencanaan sudah matang dan teruji kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di lapangan. Jadwal pelaksaan perencanaan dilakukan bersama guru. Dalam jadwal ini harus memuat waktu memulai tugas dilaksanakan dan waktu batas akhir penyelesaian proyek.
Langkah keempat adalah memonitoring. Langkah ini guru mengadakan pengamatan dan memonitor terhadap proses pelaksanaan proyek. Peran guru sebagai mentor terhadap peserta didik. Seluruh aktivitas peserta didik harus termonitor guru dan nanti akan menjadi bagian dari penilaian. Untuk memudahkan proses memonitor guru harus membuat rubrik monitoring sehingga setiap proses dan langkah kegiatan peserta didik terpantau dan terrekam dalam lembar monitoring.

III. Kesimpulan
Permasalahan yang timbul dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah seberapa jauh kemampuan guru mengimplementasikan model-model pembelajaran termasuk model pembelajaran PJBL. Di dalam pembelajaran PJBL dapat digunakan dengan empat langkah penting yang harus teraktualisasi dalam persiapan pembelajaran. Langkah-langkah tersebut adalah penentuan pertanyaan, menyusun perencanaan proyek, menyusun jadwal, monitoring, menguji hasil, dan evaluasi pengalaman.
Penggunaan model pembelajaran berbasis proyek mampu menambah pengalaman belajar peserta didik karena mereka dibawa ke alam kongkret sebagai pengejewantahan dari materi pembelajaran. Peserta lebih mudah memahami dan proses serta materi pembelajaran mudah diingat dan akan melekat lebih lama dalam memori peserta didik.
IV. Saran
Penggunaan Pembelajaran Berbasis projek dapat diterapkan untuk beberapa materi pembelajaran di bahasa Indonesia termasuk pembelajaran lain sesuai dengan karakter kompetensi dasar. Teknik yang digunakan pun dapat dipilih sesuai dengan karakter model Pembelajaran Berbasis proyek.

DAFTAR PUSTAKA

Gorys Kerap. 2004. Komposisi sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Plores: Nusa Indah.

Hidayat, Asep Ahmad. 2006. Filsafat Bahasa Mengungkapkan Hakikat Bahasa, Makna, dan Tanda. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 20016 tentang Standar Proses

Makmun, Abin Samsudin. 2004. Psikologi pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong J. Lexy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif: Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Samsuri, 1980. Analisa Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Usman, Moch. Uzer.2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya



Rekonstruksi pendidikan idul adha

Rekonstruksi Pendidikan Idul Adha Oleh  Apep Munajat (Penulis Adalah Pengurus Pergunu Kabupaten Cianjur, Mahasiswa Program Doktor UN...