UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI METODE TEAM GAME
TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA MTsN 2 CIANJUR TAHUN PELAJARAN
2015/2016
A.
Latar Belakang Masalah script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
google_ad_client: "ca-pub-5472439132536087",
enable_page_level_ads: true
});
</script>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
google_ad_client: "ca-pub-5472439132536087",
enable_page_level_ads: true
});
</script>
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar para siswa atau sering disebut peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar para siswa atau sering disebut peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual.
Pendidikan
menjadi hal yang sangat urgen dalam kehidupan manusia. Selama manusia itu ada
maka pendidikanpun akan senantiasa dibutuhkan. Pendidikan dilakukan dalam
rangka membentuk pribadi peserta didik agar
mampu mengembangkan potensi dirinya dan memiliki ketahanan dalam bidang
spiritual dan pengetahuan.
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)dan diberikan mulai dari SD hingga
SMA. Berdasarkan struktur KTSP, bahan kajian IPS meliputi 3 kemampuan memahami
seperangkat fakta, konsep, dan generalisasi tentang sistem sosial dan budaya,
manusia, tempat dan lingkungan, perilaku ekonomi dan kesejahteraan, waktu,
keberlanjutan dan perubahan, sistem berbangsa dan bernegara. Adapun tujuan mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada jenjang sekolah dasar adalah agar
peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang
berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006). Sasaran
pembelajaran IPS di SD meliputi aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan dari pembelajaran IPS
pada jenjang sekolah dasar adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan
dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan dan lingkungannya, serta bekal bagi siswa untuk melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi.
Namun kenyataan
yang terjadi tujuan IPS belum mampu mencapainya secara maksimal. Di lapangan
seorang guru IPS belum mampu menyentuh fungsi mendidiknya secara maksimal.
Pembelajaran IPS baru sebatas teoretis, di hapal, dan tidak memiliki muatan dan
ruh untuk mengubah dirinya menjadi pribadi peserta didik yang paripurna.
Begitu pula menyinggung
masalah prestasi belajar siswa bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan mata pelajaran yang membosankan. Semangat belajar siswa kecil. Bahkan
IPS dianggap pelajaran yang paling mudah dan tidak ada tantangan dalam
mengkajinya. Siswa tidak memiliki catatan sama sekali. Bahkan siswa menganggap
tidak merasa dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Faktor yang
menyebabkan kurangnya prestasi siswa, salah satunya adalah model pembelajaran
yang digunakan tidak bervariasi. Guru masih sering menggunakan model
pembelajaran klasik yaitu ceramah. Tidak ada penggunaan model pembelajaran
dengan variasi lain yang lebih menarik. Pembelajaran berlangsung monoton, Siswa
menulis, guru menerangkan, pembelajaran pun ditutup. Siswa pun bosan dan
keaktifan pun sangat rendah.
Dalam
pembelajaran IPS, yang menjadi salah satu bentuk proses pembelajaran yang baik
adalah pembelajaran IPS yang disusun secara sistematis, komprehensif, dan
terpadu sebagaimana yang tertuang dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006.
Pembelajaran IPS yang disusun secara terpadu, diupayakan agar peserta didik
dapat mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan
otentik. Dengan pelajaran IPS yang disusun secara terpadu, maka tujuan
pendidikan IPS di Indonesia untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
inkuiri, mandiri, dan kepedulian sosial dapat dicapai oleh peserta didik di
dalam kelas. Pembelajaran IPS di Indonesia, secara umum masih diajarkan secara
terpisah-pisah. Salah satu penyebab hal ini dapat terjadi, karena guru IPS
belum memahami penerapan pembelajaran IPS secara terpadu. Menurut salah satu
media online yang dilansir oleh Kompasiana.com tanggal 31 Oktober 2011,
ada beberapa hal yang dikeluhkan oleh guru terhadap pelajaran IPS di sekolah,
misalnya fasilitas pendukung pembelajaran IPS yang tidak sesuai dengan
kebutuhan, masih rendahnya hasil pembelajaran IPS di sekolah, dan ketidaksiapan
dari guru yang ada di sekolahnya untuk membelajarkan IPS secara terpadu.
Kalaupun metode
diskusi diterapkan dalam pembelajaran, tetapi teknik yang dugunakannya seperti
halnya kegiatan seminar. Misalnya kelompok persentase di depan lalu siswa
sebagai penyimak menanggapinya. Terus saja diskusi yang dilakukan seperti itu,
tidak ada variasi yang menarik bagi siswa. Sehingga Kegiatan siswa di kelas
adalah siswa harus duduk rapi mendengarkan, meniru dan mencontoh cara-cara yang
diterapkan guru serta menyelesaikan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan
guru tanpa ada tindakan lebih lanjut mengenai tugas tersebut.
Mengingat
pembelajaran yang dilakukan di kelas kurang bervariasi seperti yang telah
diuraikan di atas, maka untuk membuktikan keunggulan prestasi peserta didik di
sini akan dicoba diterapkan salah satu model pembelajaran yang sebenarnya tidak
terlalu asing bagi seorang guru yaitu model coopratif learning team game
tournament (tgt).
Penggunaan metode TGT
ini diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi
pemahaman dan penguatan terhadap materi yang diberikan di sekolah dengan
harapan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Keaktifan siswa pun
meningkat serta memiliki motivasi yang besar untuk belajar IPShttp://apepmunajat.sharethisstory.net/id-914876-5712